Sunday, May 11, 2014

SEJARAH DAN KEORGANISASIAN GmnI

SEJARAH GMNI
A. Sejarah Pembentukan GMNI
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) lahir dari hasil proses peleburan tiga organisasi kemahasiswaan yang berasaskan sama yakniMarhaenisme ajaran Bung Karno. Ketiga organisasi tersebut adalah:
  • Gerakan Mahasiswa Marhaenis yang berpusat di Jogjakarta
  • Gerakan Mahasiswa Merdeka yang berppusat di Surabaya
  • Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta
Proses peleburan ketiga organisasi mahasiswa mulai tampak, ketika pada awal bulan September 1953, Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) melakukan pergantian pengurus, yakni dari Dewan Pengurus lama yang dipimpin Drs. Sjarief kepada Dewan Pengurus baru yang diketuai oleh S.M. Hadiprabowo.
Dalam satu rapat pengurus GMDI yang diselenggarakan di Gedung Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tercetus keinginan untuk mempersatukan ketiga organisasi yang seasas itu dalam satu wadah. Keinginan ini kemudian disampaikan kepada pimpinan kedua organisasi yang lain, dan ternyata mendapat sambutan positif.
Setelah melalui serangkaian pertemuan penjajagan, maka pada Rapat Bersama antar ketiga Pimpinan Organisasi Mahasiswa tadi, yang diselenggarakan di rumah dinas Walikota Jakarta Raya (Soediro), di Jalan Taman Suropati, akhirnya dicapai sejumlah kesepakatan antara lain:
  1. Ketiga organisasi setuju untuk melakukan fusi
  2. Wadah bersama hasil peleburan tiga organisasi ini bernama Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesa (GMNI)
  3. Asas Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesa (GMNI) adalah Marhaenisme ajaran Bung Karno
  4. Sepakat untuk mengadakan Kongres pertama GMNI di Surabaya
Para pimpinan tiga organisasi yang hadir dalam pertemuan ini antara lain: Dari Gerakan Mahasiswa Merdeka (1. Slamet Djajawidjaja, 2. Slamet Rahardjo, 3. Heruman), dari Gerakan Mahasiswa Marhaenis (1. Wahyu Widodo, 2. Subagio Masrukin, 3. Sri Sumantri Marto Suwignyo), Dari Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (1. S.M. Hadiprabowo, 2. Djawadi Hadipradoko, 3. Sulomo).
B. Sejarah Perjalanan Kongres
KONGRES I
Dengan dukungan dari Bung Karno pada tanggal 23 Maret 1954 dilangsungkan Kongres I GMNI di Surabaya. Momentum inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi (Dies Natalis) GMNI. Hasil dari pada Kongres I adalah :
  1. Pengesahan nama GMNI sebagai hasil fusi ketiga organisasi
  2. Penetapan pimpinan nasional GMNI dengan M. Hadiprabowo sebagai ketua
KONGRES II
Dilaksanakan di Bandung pada tahun 1956 dengan hasil sebagai berikut :
  1. Konsolidasi internal organisasi
  2. Meningkatkan kualitas GMNI dengan mendirikan cabang-cabang baru di seluruh wilayah NKRI
  3. Sebagai ketua pimpinan nasional GMNI tetap M. Hadiprabowo
KONGRES III
Dilaksanakan di Malang pada tahun 1959 dengan hasil sebagai berikut :
  1. Evaluasi pesatnya perkembangan cabang-cabang GMNI di Jawa, Sumatra, dan wilayah-wilayah lain
  2. Pengembangan cabang-cabang baru GMNI di seluruh Kabupaten / Kota yang ada perguruan tingginya
  3. Perubahan manajemen organisasi dari bentuk DPP menjadi Presidium
  4. Ketua Presidium adalah M. Hadiprabowo
  5. Konperensi Besar GMNI di Kaliurang tahun 1959 Bung karno memeberikan pidato sambutan dengan judul “Hilangkan Sterilitiet dalam Gerakan Mahasiswa”. Diteguhkannya kembali Marhaenisme sebagai asas perjuagan organisasi.
KONGRES IV
Digelar tahun 1962 di Jogjakarta, dengan hasilnya:
  1. Peneguhan eksistensi organisasi dalam realitas sosial politik dan masalah kemasyarakatan
  2. Kepengurusan Presidium antara lain: Bambang Kusnohadi (ketua), Karjono (sekjen), John Lumingkewas, Waluyo, dll.
  3. Konperensi Besar di Jakarta 1963
  4. Bung Karno memeberikan amanat yang pada intinya meminta GMNI untuk lebih menegaskan ideologi Marhaenismenya.
KONFERENSI BESAR
Kongres V direncanakan berlangsung di Jakarta, tetapi batal akibat adanya GESTOK. Untuk itu konsolidasi organisasi dipindahkan ke Pontianak melalui forum Konferensi Besar tahun 1965, dengan hasil menetapkan kerangka program perjuangan dan program aksi bagi pengabdian masyarakat.
KONGRES V
Berlangsung tahun 1969 di Salatiga. Terjadi perdebatan sengit di dalam kongres akibat infiltrasi dari rezim penguasa Orde Baru. Hasilnya : mengesahkan kepemimpinan nasional GMNI berupa DPP dengan ketua Soeryadi dan Sekjen Budi Hardjono.
KONGRES VI
Dilaksanakan tahun 1967 di Ragunan jakarta dengan tema pengukuhan kembali independensi GMNI serta persatuan dan kesatuan dan sekaligus konsolidasi organisasi. Hasil kongres ini adalah :
  1. Penyatuan faksi yang ada di GMNI
  2. Rekonsiliasi dengan power sharing untuk mengisi struktur kepemimpinan nasional
  3. Pernyataan independensi GMNI
  4. Pimpinan nasional berbentuk Presidium dengan kepengurusan sebagai berikut : Sudaryanto, Daryatmo Mardiyanto, Karyanto, Wisnu Subroto, Hadi Siswanto, Rashandi Rasjad, Teuku Jamli, Viktor S Alagan, Alwi F. AS, Emmah Mukaromah, Agung Kapakisar, Sunardi GM, Semedi.

KONGRES VII
Dilaksanakan di Medan tahun 1979, hasilnya adalah:
  1. Konsolidasi organisasi dan konsolidasi ideologi secara optimal
  2. Marhaenisme sebagai asas organisasi tidak boleh diubah
  3. Penegasan independensi GMNI
  4. Presidium dengan anggota : Sutoro SB (Sekjen), Daryatmo Mardiyanto, Lukman Hakim, Sudaryanto, Kristiya Kartika, Karyanto Wirosuhardjo.
KONGRES VIII
Berlangsung 1983 di Lembang, Bandung, dengan pengawalan ketat dari aparat keamanan. Kepengurusan Presidium hasil kongres ini adalah : Amir Sutoko (Sekjen), Suparlan, Sudiman Kadir, Suhendar, Sirmadji Tjondropragola, Hari Fadillah, Rafael Lami Heruhariyoso, Bismarck Panjaitan, Antonius Wantoro.
KONGRES IX
Berlangsung di Samarinda tahun 1986. Kepengurusan Presidium hasil kongres ini adalah: Kristiya Kartika (Ketua), Hairul Malik (Sekjen), Sudirman Kadir, Sunggul Sirait, Agsu Edi Santoso, I Nyoman Wibano, Suparlan, Adin Rukandi, Gerson Manurib.
KONGRES X
Berlangsung di Salatiga tahun 1989. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah: Kristiya Kartika (Ketua), Heri Wardono (Sekjen), Agsu Edi Santoso, Hendro S. Yahman, Sunggul Sirait, Ananta Wahana, Jhon A. Purba, Silvester Mbete, Hendrik Sepang.
KONGRES XI
Dilaksanakan tahun 1992 di Malang, hasilnya adalah sebagai berikut :
  1. Adanya format baru hubungan antara kader GMNI yang tidak boleh lagi bersifat formal institusional, tetapi diganti jadi bentuk hubungan personal fungional.
  2. Kepengurusan Presidium adalah: Heri Wardono (Ketua), Samsul Hadi (Sekjen), Idham Samudra Bei, Teki Priyanto, Yayat T. Sumitra, Rosani Projo, Yori Rawung, Herdiyanto, Frimansyah.
KONGRES XII
Diadakan di Denpasar tahun 1996. Hasilnya adalah :
  1. Perubahan pembukaan Anggaran Dasar dengan memasukkan klausul “Sosialis Religius”, “Nasionalis Religius”, dan “Progresive Revolusioner”.
  2. Menolak calon tunggal presiden RI, penghapusan program penataran P4, reformasi politik ekonomi RI.
  3. Kepengurusan Presidium terdiri dari: Ayi Vivananda (Ketua), Ahmad Basarah (Sekjen), Agus Sudjiatmiko, Abidin Fikri, Arif Wibowo, IGN Alit Kelakan, Deddy Hermawan, Sahala PL Tobing, Rudita Hartono, Hiranimus Abi, Yudi Ardiwilaga, Viktus Murin.

KONGRES XIII
Terjadi perpecahan dalam Kongres XIII. Sebagian ada yang menyelenggarakan Kongres di Kupang pada Oktober 1999. Sebagian lagi menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di Semarang.
Presidium hasil Kongres Kupang adalah : Bambang Romada, Viktus Murin, Arif Fadilla, Aleidon Nainggolan, Haryanto Kiswo, Klementinus R. Sakri, Kristantyo Wisnu Broto, Robby R F Repi, R.S. Hayadi, Renne Kembuan, Wahyuni Refi, Yusuf Blegur, Yori Yapani.
Sementara itu Presidium hasil Kongres Luar Biasa di Semarang pada Februari 2001 adalah sebagai berikut : Sony T. Dana Paramita (Sekjen), Hatmadi, Sidik Dwi Nugroho, Sholi Saputra, Endras Puji Yuwono, Purwanto, Susilo Eko Prayitno, Tonisong Ginting, Donny Tri Istiqomah, Andre WP, Abdullah Sani, Bamabang Nugroho, I Gede Budiatmika.

KONGRES XIV
Barisan hasil kongres Kupang meneruskan kongres XIV di Manado dengan hasil kepengurusan Presidium sebagai berikut : Wahyuni Refi (Ketua), Donny Lumingas (Sekjen), Achmad Suhawi, Marchelino Paiiama, Ade Reza Hariyadi, Hendrikus Ch Ata Palla, Yos Dapa Bili, Hendri Alma Wijaya, Moch. Yasir Sani, Haryanto Kiswo, Jan Prince Permata, Eddy Mujahidin, Ragil Khresnawati, Heard Runtuwene, Nyoman Ray.
Sementara itu barisan hasil KLB Semarang meneruskan kongres XIV di Medan, dengan hasil kepengurusan sebagai berikut : Sonny T. Dana Paramita (Sekjen), Andri, Dwi Putro, Erwin Endaryanta, Fitroh Nurwijoyo Legowo, Mangasai Tua Purba, Monang Tambunan, Alvian Yusuf Feoh, Abdul Hafid.

KONGRES XV (KONGRES PERSATUAN)
Dilaksanakan pada tahun 2006 di Pangkal Pinang, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan penyatuan dua barisan yang ada di GMNI, hasilnya adalah sebagai berikut :
  1. Penetapan AD/ART baru GMNI
  2. Penetapan silabus kaderisasi dan GBPP GMNI
  3. Hasil kepengurusan Presidium dipimpin oleh Deddy Rahmadi sebagai Ketua dan Rendra Falentino Simbolon sebagai Sekretaris Jenderal.

KONGRES XVI
Berlangsung di Wisma Kinasih Bogor pada Desember 2008, hasilnya adalah: Penyempurnaan AD/ART dan GBPP GMNI, Bentuk pimpinan nasional adalah Presidium dengan Ketua Rendra Falentino Simbolon dan Sekretaris Jenderal Cokro Wibowo Sumarsono (MALANG), Penegasan sikap politik sebagai berikut:
  1. Pernyataan untuk kembali ke UUD 1945 yang asli
  2. Mendesak segera dilaksanakannya Reforma Agraria
  3. Menolak hutang luar negeri dalam bentuk apapun
  4. Cabut UU Badan Hukum Pendidikan, UU Pornografi dan Pornoaksi serta UU Penanaman Modal
  5. Nasionalisasi sepenuhnya aset-aset yang menyangkut hajat hidup orang banyak sesuai dengan amanat UUD 1945

KONGRES XVII
Berlangsung di Balikpapan pada tahun 2011. Hasil dari kongres tersebut melahirkan kepemimpinan baru di tubuh Presidium GMNI. Terpilih sebagai Ketua adalah Bung Twedy Noviady Ginting dan Bung Saiful Anam sebagai Sekjen.


KONGRES XVIII
Berlangsung di Blitar, Jawa Timur pada tahun 2013. Hasil dari kongres tersebut melahirkan komposisi baru di tubuh Presidium GMNI. Terpilih sebagai Ketua adalah Bung Twedy Noviady Ginting dan Bung Bintar Lulus Pradipta sebagai Sekjen.

KEORGANISASIAN GMNI
A. Sifat
GmnI adalah organisasi yang bersifat independen artinya secara organisatoris GmnI tidak berafiliasi kepada salah satu kekuatan politik tertentu, namun secara personal kader GmnI bebas menyalurkan aspirasi politiknya pada kekuatan sosial politik apapun.
B. Tujuan
GmnI merupakan organisasi kader dan organisasi perjuangan yang bertujuan mendidik kader bangsa dalam mewujudkan Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945 UUD 1945.
C. Azas
GmnI memiliki azas Marhaenisme yaitu Sosio Nasionalisme, Sosio Demokrasi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
D. Arah Perjuangan
Sebagai organisasi perjuangan maka setiap kader GmnI tidak saja dituntut berjuang dan berpihak pada kepentingan rakyat tetapi sekaligus berjuang bersama-sama rakyat untuk melawan segala macam bentuk penindasan yang diakibatkan oleh sistem kapitalisme, imperialisme, kolonialisme dan feodalisme.
E. Motto Perjuangan
Motto perjuangan GmnI adalah Pejuang Pemikir ~ Pemikir Pejuang yang memiliki arti Pejuang Rakyat yang selalu memikirkan perjuangan dan kelanjutan perjuangannya dan pemikir (intelektual) yang selalu mengabdikan ilmunya untuk perjuangan rakyat sepenuhnya.
F. Lambang dan Logo GMNI
Lambang GmnI berbentuk perisai bersudut enam, atau tiga sudut diatas, dan tiga sudut dibagian bawah. Komposisi warna dua bidang merah mengapit bidang putih, tegak vertikal. Ditengah perisai terdapat lukisan bintang merah dengan kepala banteng hitam sebagai pusat. Dibawah bintang terdapat logo GmnI. Makna yang terkandung :
  • Tiga Sudut atas perisai melambangkan Marhaenisme.
  • Tiga Sudut bawah perisai melambangkang Tri Dharma Perguruan Tinggi.
  • Warna Merah berarti berani, warna putih berarti suci. Makna komposisi: Keberanian dalam menegakkan kesucian.
  • Bintang melambangkan ketinggian cita-cita, serta keluhuran budi.
  • Kepala banteng melambangkan potensi rakyat Marhaen. Warna hitam melambangkan keteguhan pendirian dalam mengemban tugas perjuangan.
Logo GmnI berbentuk tulisan yang terdiri dari empat huruf yaitu huruf G-m-n-I dengan komposisi sebagai berikut:
  • Huruf “G” yaitu kependekan dari kata “GERAKAN” ditulis dalam huruf kapital (huruf besar).
  • Huruf “M” yaitu kependekan dari kata “MAHASISWA” ditulis dalam huruf kecil.
  • Huruf “N” yaitu kependekan dari kata “NASIONAL” ditulis dalam huruf kecil.
  • Huruf “I” yaitu kependekan dari kata “INDONESIA” ditulis dalam huruf kapital (huruf besar).
Penulisan tadi mengandung makna bahwa, Aspek GERAKAN dan INDONESIA merupakan elemen pokok yang harus ditonjolkan oleh organisasi GmnI, sementara aspek MAHASISWA dan NASIONAL hanya menunjukkan predikat yang mempertegas keberadaan organisasi GmnI.
G. Struktural Keorganisasian
Kerja-kerja organisasi dilakukan dengan membagi tugas dan tanggung jawab pada seluruh tingkatan struktur, adapun tingkatan struktur organisasi GmnI sebagai berikut :

  1. Presidium, Pimpinan organisasi tertinggi, berkedudukan di Ibu Kota.
  2. Koordinator Daerah (KORDA), Kepanjangan tangan dari presidium, berkedudukan di provinsi.
  3. Dewan Pimpinan Cabang (DPC), Pimpinan organisasi yang berada di tingkatan kabupaten/kota.
  4. Komisariat, Pimpinan organisasi yang berada di tingkat Perguruan Tinggi/Fakultas.