SEJARAH PERJUANGAN PEMUDA DAN MAHASISWA
Pemuda
sepertinya lupa sejarahnya. Padahal generasi muda adalah orang yang membuat
sejarah alias People Makes History. Peran
dan perjuangan pemuda Indonesia dirintis dan dimulai dari berdirinya Indische
Vereeniging atau Perhimpunan Hindia yang kemudian menjadi Perhimpunan
Indonesia, tahun 1908. Organisasi pemuda, pelajar,dan mahasiswa hindia di
negeri Belanda ini kemudian menerbitkan Koran Indonesia Merdeka. Dalam terbitan
pertama menyatakan tentang kemauan besar bangsa Indonesia untuk merebut kembali
hak-hak dan menetapkan kedudukan atau keyakinan di tengah-tengah dunia, yaitu
sebuah Indonesia yang Merdeka.
Selanjutnya
semangat nasionalisme dan patriotisme tersebut mulai merambah ke Indonesia
dengan berdirinya organisasi Budi Utomo, tanggal 20 mei 1908 yang kemudian
diperingati sebagai hari kebangkitan nasional, kemudian berdiri pula Organisasi
Sarikat Islam (SI) tanggal 10 september 1912. Semangat nasionalisme dan
patriotismetersebut kemudian dipertegas dengan Sumpah Pemuda yang merupakan
sumpah setia para pemuda pada saat kerapataan Pemoeda-Pemoedi Indonesia dalam
kongres pemuda II yang dibacakan pada 28 Oktober 1928 tentang pengakuan
generasi muda Indonesia. Kongres pemuda II ini berasal dari berbagai wakil
organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong java, jong Ambon, jong
Celebes, Jong Batak, Jong Sumatera, jong Kalimantan, Pemuda kaum betawi dll.
Moehammad
Yamin menguraikan tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.
Menurutnya, ada lima factor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, sejarah,
bahasa, hokum adat, pendidikan, dan kemauan. Militansi dan peran pemuda
selanjutnya terlihat menjelang proklamasi kemerdekaan, yaitu dalam peristiwa Rengas
Dengklok berupa “penculikan” yang dilakukan sejumlah pemuda antara lain Adam
Malik dan Chaerul Saleh dari menteng 31 terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa
ini terjadi tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 WIB. Soekarno dan Hatta dibawa
atau lebih tepatnya diamankan ke Rengasdengklok, Karawang. Untuk didesak agar
mempercepat proklamasi, sampai kemudian terjadi kesepakatan antara golongan tua
yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Akhmad Subardjo dengan golongan muda
tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.
Sejak
bergulirnya reformasi di Indonesia dimulai pertengahan Mei 1998 yang ditandai
adanya pergantian rezim orde baru dengan orde reformasi, belum banyak terjadi
perubahan-perubahan mendasar dan menyeluruh di segala aspek dan sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara
Pemuda,
di belahan dunia ini dimanapun, adalah generasi yang akan menjadi tulang
punggung bangsa dan negaranya di masa depan. Pada diri mereka harapan segenap
bangsa disandarkan; pada semangat dan keberanian mereka suara dan kehendak
rakyat disemayamkan. Pendek kata, pemuda, adalah harapan bangsa.
Secara historis, peran pemuda di
Negara Indonesia tidak dapat dibantah. Soekarno, Hatta, Sjahrir, tanpa
bermaksud mengabaikan tokoh-tokoh lain yang tidak tercantumkan disini, adalah
representasi kaum muda Indonesia yang diakui dunia sampai hari ini.
IDEOLOGI
HEDONISME
Jika di masa lalu peran pemuda
Indonesia begitu besar, apakah pemuda-pemuda Indonesia hari ini dapat melakukan
hal yang sama, atau setidaknya mewarisi semangat perjuangan mereka?. Sumpah
pemuda kini seakan-akan peristiwa sejarah yang sudah berlalu, dan hanya menjadi
hafalan pelajaran saat kita dibangku sekolah. Padahal 80 tahun lalu para pemuda
seluruh Indonesia mencetuskan ikrar yang menorehkan tiga inti gagasan perekat
bangsa, yakni satu nusa, satu bangsa,
dan satu bahasa, Indonesia. Dalam
Kongres Pemuda 1928 tersebut, juga diputuskan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”
dan bendera Merah Putih.
Di antara kondisi kekinian, problem
Kultural yang menghinggapi benyak pemuda Indonesia. Masalah cultural sebenarnya
bisa mencakup banyak hal, seperti cara berpikir, bertutur, bersikap,
berprilaku, gaya hidup, dan sebagainya. Diantara masalah yang dikutip tadi,
aspek ideologilah yang agak kurang dijadikan perhatikan vital oleh pemuda masa
kini. Di tengah gencarnya arus globalisasi yang sulit dibendung, problem
cultural diatas kian parah. Godaan hidup hedonistis-kapitalistik yang notabene
buah dari globalisasi di kalangan para pemuda luar biasa kuat. Parahnya hal ini
tidak saja terjadi di kalangan pemuda kota, tetapi juga di kalangan pemuda desa
karena adanya televisi. Iklan-iklan gaya hidup yang menawarkan kenyamanan dan
kenikmatan hidup di media elektronik ini demikian gencar dan massif sehingga
mampu meruntuhkan sendi-sendi pertahanan para pemuda.
Oleh karena itu, para pemuda yang
tidak mempunyai bekal ideologi yang kuat akan dengan mudah terseret arus
tersebut. Persoalanya adalah generasi muda masa kini, berbeda dengan generasi
muda masa dahulu, pada umumnya mempunyai ideologi yang rapuh. Jika di masa lalu
“ideologi perjuangan” mampu menjadi perhatian vital para pemuda dalam
mengenyahkan para penjajah, maka ideologi apakah yang dipegang para pemuda masa
kini untuk menyingkirkan godaan-godaan gaya hidup hedonistik-kapitalistik
tersebut?
MANDIRI
dan PRODUKTIF
Sejarah
memang penting, bangga kepada masa silam adalah sesuatu yang seharusnya dan
menjadi bagian dari rasa hormat kepada para pendahulu. Tetapi yang lebih
penting adalah melanjutkan sejarah dengan pahtan-pahatan sejarah baru yang
lebih baik dan mengesankan. Para pemuda harus menjadi sosok historis yang mau
dan mampu menjadi actor perputaran kemajuan bangsa, guna melanjutkan
estape-estape perjalanan bangsa yang telah dirintis oleh para pendahulu.
Rintisan sejarah, tumpahan keringat darah dan air mata para pendahulu musti
dilanjutkan dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab.
Pemuda memiliki kecerdasan dan kuat
dalam mengakses informasi. Dengan kecerdasannya itu maka pemuda akan mampu
mengelola dampak akibatcepatnya mainstream perubahan global yang berdampak
terhadap pembangunan pemuda. Pemuda memiliki jiwa rela berkorban. Sejarah telah
mencatat bahwa dalam setiap era pergerakan nasional, pemudalah yang selalu
tampil ke depan untuk menyelamatkan bangsa dan Negara ini dari keterpurukan.
Dengan kondisi social dan ekonomi masyarakat pemuda saat ini maka pemuda
diharapkan tampil ke depan untuk berperan memperbaiki kondisi social dan
ekonomi masyarakat, khususnya pengentasan kemiskinan di pemuda.
Bangsa Indonesia dalam usaha
mencapai cita-cita awal pendirian bangsa yaitu merdeka jiwa dan raga sudah
memasuki usia 68 tahun, tepatnya mulai sejak memproklamirkan kemerdekaan. Jauh
sebelum proklamasi kemerdekaan perjuangan dengan usaha keras untuk memperoleh
kembali kemerdekaan sebagai hak asasi sebagai manusia dan suatu bangsa sudah
dilakukan secara sporadic yang kemudian terwujud menjadi beberapa decade yang
sudah mengerucut membentuk nasionalisme Indonesia seperti model gerakan dalam
rentang 1908 dan 1928. Suatu pernyataan sikap yang mendahului proklamasi
kemerdekaan bangsa Indonesia sudah dikumandangkan oleh pemuda Indonesia pada
tahun 1928. Sumpah pemuda ini sudah menjadi tonggak awal untuk impian yang
bernama Indonesia yang kemudian di wujudkan melalui proklamasi 1945.
PENUTUP
Berbagai tekanan, mulai dari masa
kolonialisme dan imperalisme yang sangat panjang sampai pada tekanan dan
konflik internal serta sampai pada berbagai krisis yang dihadapi pasca orde
baru tetntunya kadang kala menimbulkan ras pesimis. Ditambah lagi dengan
kehidupan yang semakin terasa berat bagi sebagian rakyat Indonesia yang belum
kuat secara ekonomi. Kita juga dilanda sikap pragmatis dan ditambah lagi budaya
materialistis yang berujung pada budaya konsumtif, lalu koruptif telah
menjadikan bangsa kita dikepung oleh berbagai permasalahan yang masih saja
menghantui kita.
Bila dahuli para pemuda di Indonesia
berkumpul untuk bersatu melawan penjajah. Saat ini musuh kita lebih pada
keterbelakangan, ketertinggalan, kemunduran, peredaran narkoba di kalangan
remaja dan lain sebagainya. Maka ada beberapa tantangan pemuda kedepan yang
harus dijawab dengan langkah nyata.
Pertama,
meneguhkan kembali jatidiri sebagi pemuda Indonesia ditengah gempuran
budaya-budaya luar.
Kedua,
bangkitkan kembali sikap kritis seperti yang pernah ditunjukan
pemuda-pemuda di awal berdirinya bangsa ini.
Ketiga,
menjadi pemuda yang mandiri dan berkompeten.
Keempat,
buang jauh-jauh sikap pesimis dalam mengarungi kehidupan ini.
Kelima,
jadilah pemuda yang tetap memegang teguh ajaran-ajaran dan kebaikan yang telah
lama tertanam di bangsa ini.