Sumber Marhaenisme adalah Gelora Djiwa Perdjoangan Bangsa Indonesia, jaitu gelora perdjoangan jang timbul karena menderita pahit-getirnja segala kesengsaraan sebagai akibat dari pendjadjahan Bangsa Asing mentjengkram Bangsa Indonesia selama 3,5 abad.
Suatu perdjoangan sengit melawan penindasan dan penghisapan Imperialisme dan Kolonialisme, jang memperkosa kehidupan Bangsa2 jang tidak berdaja. Semangat perdjoangan Bangsa Indonesia dari bukan sadja ingin membebaskan Indonesia dari belenggu Kolonialisme, akan tetapi djuga merupakan suatu tantangan terhadap segala unsur buruk jang merusak ketertiban tata-kehidupan Masjarakat Dunia.
Menggeloranja djiwa perdjoangan Bangsa Indonesia itulah jang pada taraf permulaan mendjadi sumber kelahiran segala inspirasi, segala idee, budi, spirit dan dinamik perdjoangan asli-patriotik Bangsa Indonesia.
Unsur2 kekuatan perdjuangan itu kemudian diolah, diperlengkapi dan idrumuskan, sehingga lahirlah suatu azas. Tumbuhlah teori2 perdjuangan Marhaenis jang methodis-rasionil-ilmiah dan selandjutnja tersusunlah program2 perdjuangan Marhaenis jang realistis dan pragmatis.
Sumber Marhaenisme bukanlah buah hasil tjipta Sardjana2 Asing, melainkan Gelora Djiwa Perdjoangan Bangsa Indonesia.
-
FALSAFAH MARHAENISME
Marhaenisme mengandung idee dan spirit kearah mensatu-padukan serta menggembleng semua tjita2 dan semua dinamik perdjuangan patriotik Bangsa Indonesia, hidup dari Abad ke Abad dan jang tumbuh tersebar diseluruh Nusantara.
Idee dan spirit itu djelas dan terang bersinar dari segala jang tersurat dan tersirat dalam dokumen2 bersedjarah, Faham, pandangan2, pengertian2 dan konsepsi2 pokok setjara konkrit telah tjukup banjak digariskan dan dihidangkan. Bagi kita dokumen2 sedjarah itu sudah tjukup banjak mengandung idee, budi dan pikiran2 sebagai kekajaan spirituil dan idiil jang dapat kita djadikan bahan2 renungan kearah mentjapai falsafah, teori serta program perdjuangan Marhaenisme.
Intisari falsafah jang terkandung dalam Marhaenisme dapat dirumuskan :
Marhaenisme mengakui adanja dua kekuatan hidup, ialah kekuatan idee dan kekuatan materi jang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnja karena adanja timbal-balik antara kedua kekuatan tsb.
Marhaenisme mengandung suatu kejakinan, bahwa dinamik jang tumbuh dari keseluruhan segala kekuatan lahir dan bathin, dari keseluruhan segala kekuatan materil dan spirituil, dinamik itulah jang menentukan gerak-djatuhnja Masjarakat, roboh-mengembangnja sedjarah dan bangun-tjatuhnja peradaban manusia.
Gerak-gerik hidup sesuatu manusia atau bangsa tidak hanja didorong oleh keinginan untuk mengisi perutnja dengan makanan, untuk melindungi dirinja dengan pakaian dan perumahan, atau hanja didorong oleh keinginan untuk mengisi otak dan djiwanja dengan pemikiran dan kejakinan sadja, akan tetapi didorong oleh keseluruhan segala keinginan untuk mentjapai hidup senang dan tenteram didunia ini, jaitu hidup bahagia lahir dan bathin.
Karena itu Marhaenisme adalah tuntunan kearah mentjapai keseimbangan jang harmonis antara hidup lahir dan hidup bathin, menudju kesempurnaan hidup seseorang dan hidup kemasjarakatan ialah masjarakat jang adil dan makmur dan tata-tentram.
Itulah intisari falsafah Marhaenisme. Intisari falsafah jang chas ini adalah hasil pengertian jang setepat-tepatnja tentang kekuatan2 dan daja hidup manusia, hasil penggalian jang dalam dari sumber kehidupan manusia, ialah budi-nurani-kemanusiaan, hasil pemandangan wialajah kehidupan manusia jang seluas-lueasnja, ialah masjarakat manusia dan hasil peneropongan djangka kehidupan manusia jang sedjauh-djauhnja jaitu sedjarah manusia.
Bertalian dengan intisari falsafah ini sebagai sumber dan landasan idiil, maka tumbuhlah ideologi baru dengan falsafah faham2, teori2 baru, tumbuh dibidang peri-kehidupan dan perdjuangan hidup manusia, dibidang kenegaraan, kemasjarakatan, ekonomi dan kebudajaan jang semuanja bersifat dan bertjorak chas, bersifat dan bertjorak spesifik Indonesia. Tumbuhlah Marhaenisme sebagai magmanja Pantjasila, faham Sosio-Nasionalisme Sosio-Demokrasi.
Demikianlah Marhaenisme sebagai magmanja dan kemudia Pantjasila tumbuh mendjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia. Marhaenisme adalah suatu ideologi tersendiri dengan pengertian dan faham tersendiri pula terhadap hidup manusia, perkembangan dunia, alam moral, keagamaan, keadilan, hukum, logika, ethika, aesthetika dlsb.
Marhaenisme mengakui Ke-Tuhana Jang Maha Esa, Perikemanusiaan, Nasionalisme, Demokrasi dan Keadilan Sosial sebagai fundamen2 spirituil dan materiil jang seharunja didjadikan dasar2 hidup kemasjarakatan dan kenegaraan bagi ummat manusia, chusunja bagi Bangsa Indonesia.
Tjita2 Marhaenisme dibidang kenegaraan, kemasjarakatan, ekonomi, kebudajaan adalah lain daripada jg. ditjita-tjitakan dan dikonsepsikan oleh faham Liberalisme, faham Marxisme, Komunisme, Nazi-isme, Fascisme. Marhaenisme setjara fundamentil orinsipiil berbeda sekali dar Liberalisme, Marxisme, Komunisme dan lain2nja, berbeda dalam djiwa, dasar serta tudjuan, berlainan mulai dari landasan idiil, strategi perdjoangan sampai kepada tudjuannja terachir, ialah sampai pada bentuk dan struktur masjarakat dunia jang diidam2kannja.
Sosialisme jang terkandung dalam Marhaenisme adalah berbeda dengan Sosialisme Utopis, Marxis Revisionis dan Komunis.
Faham Liberalisme politik dngan Demokrasi Liberalisme, Liberalisme Ekonomi dengan Kapitalismenja, faham Absolutisme, faham Materialisme, faham Marxisme dengan dialektis-Matrialismenja, Historis-Matrialismenja, Ekonomis- determinismenja, dengan teori2 pertentangan kelas, Akumulasi, Krisis dan teori Verdelingnja, faham Komunis-Bolsjewik dengan Demokrasi Sentralismenja, kultus-individu dan terori revolusi-dunia model Stalinnja, faham Nazi-isme denagn teori ras-nja, itu kesemuanja adalah faham kuno jang sempit, sudah lapuk pada dasarnja destruktif. Itu semua adalah faham2 jang melihat dan mengukur kehidupan manusia dan perkembangan dunia hanja dari satu dua segi kehidupan sadja. Faham2 itu hanja dapat melihat satu atau dua pohon kehidupan sadja, akan tetapi buta untuk dapat melihat seluruh hutan.
Marhaenisme adalah lain sekali dari isme kuno termaksud jang disebutkan diatas. Dalam Marhaenisme, semua getaran hidup dan irama zaman jang berkembang dari masa kemasa diolah dan disalurkan kearah perikehidupan manusia jang sewadjarnja. Untuk nenudjukkan pada masjarakat dan djuga kepada golongan2 tertentu jang gegabah menuduh Marhaenisme adalah identik dengan Komunisme, maka dapat digambarkan didalam garis besarnja adjaran Marhaenisme dalam mendidik warganja sebagai berikut :
Seorang Marhaenisme sebagai manusia Budaja
- Ia berfikir benar karena ia ber-ilmu. Dengan djalan mengilmu ia mentjapai Logos, tahu apa jang benar apa jang salah. dan ia memilih djalan jang benar dalam hidupnja.
- Ia berbudi baik karena ia ber-moral. Dengan latihan achlak ia mentjapai Ethos, tahu apa jang baik apa jang buruk, dan ia memilih djalan jang baik dalam hidupnja.
- Ia bertjita-tjita indah karena ia ber-rasa seni. Dengan rasa seninja ia tahu apa jang indah apa jang djelek, dan ia mentjintakan keindahan dalam hidupnja.
- Ia persembahkan segala hasil karyanja, filsafat ilmu budi, dan seni kepada masjarakat. Sebagai budajawan ia adalah pahlawan kebudajaan Nasional, jang mendjaga dan memelihara kepribadian Bangsa.
- Ia hidup berdasarkan naluri hidup massa Marhaen lahir dan bathin.
- Ia mentjari kebenaran hidup dengan menerobos alam hidup lahir dan bathin, menangkap, merenungkan dan meresapkan segala kekuatan hidup lahir dan kekuatan hidup bathin jang ada padanja dan jang ada pada alam disekitarnja.
- Ia mendapatkan kebenaran hidup dengan mengakui adanja kekuatan hidup, jaitu kekuatan idee dan kekuatan materi jang karena pengaruh timbal-baliknja tidak dapat dipisahkan satu sama lainnja.
- Ia merindukan kesempurnaan hidup jang bersifat kebahagiaan hidup lahir-bathin dengan ichtiar mentjapai imbangan jang harmonis antara kekuatan hidup lahir dan kekuatan hidup bathin.
- Ia mentjari kebaikan budi achlak dengan menjilami alam budi nurani manusia sedalam-dalamnja dan menggali segala tata-susila dan sopan-santun jang mendjadi norma dan hukum hidup.
- Ia mendapatkan kebaikan budi achlak dengan mengakui kaidah2 Ke-Tuhanan dan kaidah2 kemanusiaan sebagai dasar naluri hidup.
- Ia merindukan keluhuran budi dengan ichtiar mentjapai perpaduan jang harmonis antara kaidah2 Ke-Tuhanan dan kaidah2 kemanusiaan.
- Ia mentjari keindahan tjita dengan meresapkan dan mengambil keindahan2 bentuk, sifat dan daja hidup jang ada dalam alam disekitarnja.
- Ia mendapatkan keindahan dengan memiliki rasa seni dan daja tjipta.
- Ia mentjiptakan dan mentjita-tjitakan kehidupan lahir bathin manusia jang indah dengan ichtiar mentjapai perpaduan jang harmonis antara keindahan pribadi dan keindahan alam ruang hidup disekitarnja.
- Ia adalah seorang idealis, akan tetapi dalam pada itu ia tidak melupakan kenjataan2 hidup jang berwudjut konkrit sebagai landasan berpidjak dan pangkalan bertolaknja.
- Ia adalah seorang pemikir theoritikus, akan tetapi dalam pada itu ia djuga seorang pelaksana praktikus.
- Ia adalah seorang nasionalis, akan tetapi ia bukan seorang chauvinis. Ia tidak melupakan kebahagiaan hidup antar bangsa.
- Ia adalah seorang demokrat, dalam arti penganut2 faham demokrasi Patjasila, bukan penganut demokrasi hukum rimba, bukan penganut demokrasi liberalis, ia merindukan demokrasi lengkap disegala bidang kehidupan, jaitu demokrasi politik, demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial.
- Ia adalah seorang sosialis, dalam arti bukan penganut totaliterisme jang memperbudak pribadi2 manusia. Ia merindukan keadilan sosial dan karena itu menentang penindasan, penghisapan dan perbudakan sesama manusia.
- Ia adalah seorang pemimpin rakjat, jang arif-bidjaksana dana mengenal batas2 sikap lunak dan sikap keras.
- Ia adalah seorang pedjuang, jang ulet dan revolusioner dinamis dan konsekwen dalam sepak terdjang dan pendirian terhadap tjita2 perdjuangannja.
- Ia adalah seorang negarawan, jang tjakap dan djudjur. Ia punja rasa tanggung djawab dan sadar akan segala amanat rakjat jang mendjadi tugas kewadjibannja.
- Ia adalah seorang propagandis, jang dapat memikat hati rakjat, dapat membangkitkan kesadaran, keinsjafan, dan dinamik untuk berdjuang didjalan jang benar.
- Dalam hidup perekonomian ia adalah seorang karyawan jang mendapatkan nafkah penghidupannja dengan kerdja kooperatif. Ia bukan seorang individualis-materialis-egois jang haus rakus akan harta benda bagi kepentingan hidupnja sendiri. Ia adalah seorang karyawan jang berkerdja untuk kemakmuran hidup seluruh anggota masjarakat.
- Dalam hidup keilmuan ia adalah seorang tjendekiawan jang menggunakan ilmunja untuk kemasjarakatan dan kemadjuan masjarakat.
- Dalam hidup keguruan ia adlaah seorang guru pendidik luhur budi, jang djauh mengawang kedepan akan pertumbuhan Bangsanja, penjantun djiwa, pemupuk tunas2 manusia Indoensia baru.
- Dalam hidup keagamaan ia adalah seorang Agamawan jang tulus dan bertaqwa kepada Tuhan Jang Maha Esa.e. Dalam hidup kesenian ia adalah seorang seniman jang mentjipta menurut tuntunan naluri kepribadian manusia.*
- Ia adalah seorang humanis-idealis jang merindukan suatu persahabatan, persaudaraan dan perdamaian ummat manusia atas dasar azas2 kemanusiaan.
- Ia adalah seorang humanis-sosialis jang memperdjuangkan keadilan sosial antar manusia, antar bangsa dan antar negara jang riil, ichlas dan djudjur atas dasar saling bantu-embantu, saling hormat-menghormati, dan atas dasar sama deradjat, sama hak dan sama kewadjiban.
- Ia adalah seorang humanis-realis jang sadar dan insjaf akan adanja kekurangan dan kelemahan tapi djuga akan adanja daja2 kekuatan setiap pribadi manusia. Ia ingin dan siap menjapu bersih setiap ketidak-adilan, keburukan dan kedjahatan dan ia ingin menegakkan keadilan dan kebenaran jang abadi, diatas dunia ini.*