Friday, March 6, 2015

Ketika Pemuda Memilih

tulisan ini telah diterbitkan dan dalam versi online di http://surabaya.tribunnews.com/2014/07/22/ketika-pemuda-memilih

Oleh : Eki Robbi Kusuma *

PEMUDA memilih untuk Indonesia begitulah tema talk show kelompok Cipayung yang diselenggarakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Sabtu (5/7) yang dimulai pukul 15.00 WIB sampai selesai bertempat di aula pasca sarjana Universitas Tribhuana Tunggadewi, Malang.

Acara tersebut cukup menarik karena dapat menghadirkan pembicara para ketua cabang organisasi kelompok Cipayung di Kota Malang yang antara lain Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Darmawan Puteratama, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Eki Robbi Kusuma, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Jhon, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Nus, dan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Habiburahman El-Stifiani , yang bertindak sebagai tuan rumah. Hadir juga Gerakan Perempuan Mewujudkan Indonesia Beragam yang diwakili oleh Puspa Dewi dari Jakarta.
Dalam talk show tersebut nampak banyak warna isu yang muncul dari pemaparan materi para pembicara terkait tema, karena isu yang diketengahkan adalah pemilu presiden 9 Juli. Warna perbedaan itu muncul karena latar belakang ideologis dan juga praktis masing-masing organisasi mahasiswa tersebut menyikapi pemilu presiden.

Menjadi menarik ketika dalam proses dialog panjang acara tersebut ada kesatuan warna yang mengarah pada sebuah isu bersama yang mana poin-poinya meliputi: para pemuda khususnya mahasiswa selayaknya tidak golput dan memilih dengan rasional serta kritis. Selanjutnya, adalah mahasiswa yang menjadi motor perubahan tidak apolitis, selayaknya ikut dalam proses membangun demokrasi baik sebelum pilpres maupun sesudah pilpres.

Menjadi isu yang cukup dikhawatirkan juga adalah konflik horizontal, baik sebelum maupun sesudah pilpres. Mengingat potensi konflik yang begitu tinggi di setiap wilayah. Para pembicara mengingatkan untuk para mahasiswa khususnya, tidak memperkeruh suasana jika terjadi konflik.

Akan lebih baik jika mahasiswa bisa menjadi aktor-aktor yang mendamaikan mereka yang berkonflik agar potensi konflik horizontal dan disintegrasi bangsa dapat ditekan. Dalam acara juga dibagikan dua buku dari Gerakan Perempuan Mewujudkan Indonesia Beragam untuk semua audiens. Buku tersebut mencakup buku saku pemilih dan 10 agenda politik perempuan mewujudkan Indonesia beragam.