Friday, March 6, 2015




Mahasiswa Malang Bakar Foto Tony Abbott

Mahasiswa Malang Bakar Foto Tony Abbott



 TEMPO.CO, Malang - Mahasiswa Malang membakar foto Perdana Menteri Australia Tony Abbott di bundaran Alun-Alun Tugu Kota Malang, Selasa, 24 Februari 2015. Pembakaran foto ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap penyataan Abbott yang mengungkit bantuan bencana tsunami Aceh.

"Abbott telah menginjak-injak harga diri bangsa Indonesia," kata koordinator aksi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Andri Wanto.

Dalam orasinya, Andri mengecam Abbott yang memprotes rencana eksekusi mati dua anggota Bali Nine, yakni Myuran Sukumaran dan Andrew Chan. Abbott dianggap melecehkan bangsa Indonesia. Abbott, ujar dia, seolah menjadi pahlawan dengan menyinggung soal bantuan kemanusiaan tsunami Aceh. Padahal, saat tsunami terjadi, Abbot dianggap tak mengambil peran penting.

Untuk itu, mereka menuntut Abbott meminta maaf kepada rakyat Indonesia. Permintaan maaf bisa dilakukan secara langsung atau melalui media massa. "Kami akan terus menggelar aksi penggalangan koin sampai Abbot meminta maaf."

Mereka mendekati para pengguna jalan agar memberikan sumbangan untuk mengembalikan bantuan kemanusiaan tsunami Aceh. Peserta aksi mengedarkan kardus bekas minuman bertuliskan "Koin untuk Australia". Aksi ini sudah berlangsung dua hari. Pada hari pertama, mereka telah mengumpulkan sebanyak Rp 298 ribu.

Seluruh dana yang terkumpul akan disalurkan ke Konsulat Jenderal Australia di Surabaya. Mereka berjanji akan terus menggalang dana sampai dua anggota Bali Nine dieksekusi atau Abbott meminta maaf. Mereka juga membentangkan spanduk bertulis "Koin untuk Australia" dan membawa bendera merah putih.

GMNI mendukung hukuman mati bagi gembong narkoba. Sebab, narkoba terbukti telah menghancurkan generasi muda dan anak bangsa. Jadi, hukuman mati dirasa tepat untuk mencegah peredaran narkoba. Australia, tutur dia, tak konsisten soal hukuman mati. Saat eksekusi pelaku Bom Bali, pemerintah Australia memberikan dukungan. Namun saat ini Australia memprotes saat warga negaranya yang menjadi pengedar narkoba dihukum mati.






sumber : http://www.tempo.co/read/news/2015/02/24/078644955/Mahasiswa-Malang-Bakar-Foto-Tony-Abbott

Ketika Pemuda Memilih

tulisan ini telah diterbitkan dan dalam versi online di http://surabaya.tribunnews.com/2014/07/22/ketika-pemuda-memilih

Oleh : Eki Robbi Kusuma *

PEMUDA memilih untuk Indonesia begitulah tema talk show kelompok Cipayung yang diselenggarakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Sabtu (5/7) yang dimulai pukul 15.00 WIB sampai selesai bertempat di aula pasca sarjana Universitas Tribhuana Tunggadewi, Malang.

Acara tersebut cukup menarik karena dapat menghadirkan pembicara para ketua cabang organisasi kelompok Cipayung di Kota Malang yang antara lain Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Darmawan Puteratama, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Eki Robbi Kusuma, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Jhon, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Nus, dan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Habiburahman El-Stifiani , yang bertindak sebagai tuan rumah. Hadir juga Gerakan Perempuan Mewujudkan Indonesia Beragam yang diwakili oleh Puspa Dewi dari Jakarta.
Dalam talk show tersebut nampak banyak warna isu yang muncul dari pemaparan materi para pembicara terkait tema, karena isu yang diketengahkan adalah pemilu presiden 9 Juli. Warna perbedaan itu muncul karena latar belakang ideologis dan juga praktis masing-masing organisasi mahasiswa tersebut menyikapi pemilu presiden.

Menjadi menarik ketika dalam proses dialog panjang acara tersebut ada kesatuan warna yang mengarah pada sebuah isu bersama yang mana poin-poinya meliputi: para pemuda khususnya mahasiswa selayaknya tidak golput dan memilih dengan rasional serta kritis. Selanjutnya, adalah mahasiswa yang menjadi motor perubahan tidak apolitis, selayaknya ikut dalam proses membangun demokrasi baik sebelum pilpres maupun sesudah pilpres.

Menjadi isu yang cukup dikhawatirkan juga adalah konflik horizontal, baik sebelum maupun sesudah pilpres. Mengingat potensi konflik yang begitu tinggi di setiap wilayah. Para pembicara mengingatkan untuk para mahasiswa khususnya, tidak memperkeruh suasana jika terjadi konflik.

Akan lebih baik jika mahasiswa bisa menjadi aktor-aktor yang mendamaikan mereka yang berkonflik agar potensi konflik horizontal dan disintegrasi bangsa dapat ditekan. Dalam acara juga dibagikan dua buku dari Gerakan Perempuan Mewujudkan Indonesia Beragam untuk semua audiens. Buku tersebut mencakup buku saku pemilih dan 10 agenda politik perempuan mewujudkan Indonesia beragam.







 

Aktivis GMNI Malang Bakar Foto Perdana Menteri Australia

Selasa, 24 Februari 2015 18:10 WIB

Aktivis GMNI Malang Bakar Foto Perdana Menteri Australia
 
 
 
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo
Foto PM Australia Tony Abbot dibakar oleh aktivis GMNI Kota Malang di depan DPRD setempat, Selasa (24/2/2015). 
 
 
 
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Aktivis asal Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Malang,jawa imur membakar foto Perdana Menteri Australia Tony Abbot di depan gedung DPRD Kota Malang, Selasa (24/2/2015).
Mereka kesal dengan pernyataan Abbot yang mengungkit-ungkit dana bantuan kemanusiaan pada tragedi tsunami Aceh 2004 lalu.
Baca Juga : Mahasiswa Blusukan Demi Koin ke DPRD dan Balai Kota Malang
Koordinator aksi Andri Wanto menilai, pernyataan Abbot tidak menggambarkan bentuk kesukarelawanan. Bantuan yang diberikan berbeda jauh dengan rencana pemerintah Indonesia mengeksekusi dua terpidana mati asal Australia.
Para mahasiswa juga mendesak agar pemerintah tidak terintervensi pernyataan pihak luar terkait eksekusi mati terpidana kasus narkoba.
"Pemerintah harus tegas. Secepatnya dilaksanakan eksekusi itu sesuai dengan prosedur yang tepat," kata Andri.
Aksi bakar foto Abbot tidak mendapat penjagaan yang ketat dari pihak keamanan. Setelah membakar foto, para aktivis bergerak ke dalam kantor DPRD Kota Malang melakukan aksi penggalangan dana.


sumber : http://suryamalang.tribunnews.com/2015/02/24/aktivis-gmni-malang-bakar-foto-perdana-menteri-australia